Rabu, 17 Februari 2016

Menciptakan Motif yang Memiliki Kekhasan Tersendiri

Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada 2009.
PRODUK RUMAH BATIK EL RAHMA, PESAN VIA BBM 74A54025
Menurut seniman batik, Ethys Mayoshi, penghargaan UNESCO tersebut merupakan penghargaan besar khususnya buat pembatik di Indonesia. “Ini peluang sekaligus kebanggaan untuk Indonesia karena busana tradisionalnya bisa diakui dunia,” ujarnya saat ditemui Koran Jakarta, beberapa waktu lalu.
Wanita yang akrab disapa Ethy Yosi ini mengungkapkan, dulu orang menjadikan batik hanya untuk kain, namun sekarang lebih ke arah fashion. Batik di desain menjadi kemeja, dress dan sebagainya, bahkan sekarang setiap daerah diwajibkan mengenakan batik.
Hal ini dibuktikan dengan geliat batik yang terus tumbuh di berbagai daerah di Indonesia. Hanya seniman batik yang ada masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. “Sekarang setiap daerah wajib punya batik. Survei yang sudah saya lakukan bersama Dinas Pariwisata DKI Jakarta melalui program Batik Enjoy Jakarta memang membuktikan di setiap daerah punya desain batik, namun untuk pengerjaannya masih di daerah Jawa, dan motifnya songket dijadikan batik,” ungkapnya.
Hal ini berkaitan dengan daerah Pulau Jawa yang memang memiliki sejarah perkembangan batik dan dilakukan secara turun-temurun. “Tapi kalau seniman lukis, bisa gambar dan desain itu banyak, tapi nanti desainnya tetap dikirim ke Jawa,” ucap Ethy Yosi.
Untuk motif batik, motif klasik seperti parang kusumo atau parang rusak dinilai akan tetap bertahan dan tidak akan pernah hilang, hal ini karena pembuatan batik motifnya harus sesuai pakem.
Soal berkembang atau tidaknya sebuah model batik adalah tugas seniman batik itu sendiri bagaimana caranya agar tidak membosankan. Menurut wanita yang telah banyak menciptakan ragam motif batik ini, batik klasik yang itu-itu saja kelamaan juga akan membosankan, begitupun batik modern seperti batik printing yang warna warni juga bisa membosankan.
“Ini menjadi tugas saya dan seniman lain untuk mengawinkan motif klasik dan modern, misalnya desain modern yang sudah disesuaikan dengan iklim budaya masa kini dikombinasikan dengan batik klasik, jadi lebih ke lekukan motif yang dirubah dan memiliki isen-isen atau ornamen isian sendiri. Karena batik tidak hanya sekedar gambar tetapi memiliki motif isen yang berbeda seperti sisik ikan, kulit salak, tetapi tetap pada pakemnya yaitu gringsingan,” beber Ethy Yosi.
Sementara untuk model yang digemari, ia menuturkan secara umum saat ini salah satunya lebih ke motif batik di mana pemakainya tinggal. Misalnya Jakarta dengan batik Jakartanya yaitu batik enjoy Jakarta (motifnya gedung-gedung Jakarta) dan batik Gobang Jakarta (motifnya 13 Flora & Fauna di Jakarta).
Ethy Yosi menuturkan, seiring perkembangannya, dibanding batik tulis, teknik membuat batik dengan cara printing atau memproduksi menggunakan mesin kini mulai banyak dipilih pengusaha untuk memproduksi satu corak kain batik dalam jumlah besar. Alasannya karena produksi massal maka harganya murah, sehingga banyak dicari konsumen.
“Tapi batik asli itu ya tetap batik tulis yang menggunakan canting sesuai pakem bukan sistem komputerisasi. Sekarang ini ada mesin yang pakai lilin (malam) untuk membuat batik yang digerakan mesin, itu sama saja dengan printing. Pecinta batik pasti tahu mana batik tulis, mana batik printing,” ungkapnya. san/R-1
Populerkan Batik Gobang Jakarta
Setiap daerah di Indonesia kini berlomba mempromosikan motif batik khas daerahnya, tidak terkecuali dengan Jakarta. Melalui karyanya, Ethy Yosi mencoba memperkenalkan batik Gobang Jakarta sebagai batik khas ibukota.
“Sebagaimana batik Yogya, batik Pekalongan atau batik Madura, saya ingin Jakarta punya juga batik yang gampang diingat,” ujarnya.
Batik Gobang Jakarta yang terinspirasi dari batik parang ini memiliki motif kontemporer, warna dan klasik. Dengan warna yang cerah, motif gobang kontemporer terdiri dari gobang tunggal, ganda, sirih dan sayap. Motif-motif tersebut cenderung disukai anak-anak muda. Sedangkan untuk klasik, warnanya cenderung gelap seperti cokelat, hitam, krem dan biru.
“Hampir mirip dengan parang karena pengerjaannya miring-miring. Untuk klasik dan warna gambarnya hampir sesuai dengan 13 ikon flora fauna di Jakarta. Sedangkan yang kontemporer itu lekukan dan bentuk penggalan dari Populerkan Batik Gobang Jakarta flora dan fauna. Untuk faunanya ada elang bondol, bulus dan kupu-kupu, sedangkan floranya ada melati gambir, nona makan sirih, tapak dara, sirip kuning, bunga telang, flamboyan dan bungur,” ucap Ethy Yosi.
Butuh waktu satu bulan untuk membuat batik tulis motif klasik, sementara untuk motif kontemporer butuh waktu 10 hari. Harganya pun bervariasi, untuk motif batik klasik harganya berkisar antara 750 ribu sampai 1 juta rupiah, sedangkan untuk motif kontemporer mulai dari 400 hingga 500 ribu rupiah.
wanita yang sudah memberdayakan seratus pembatik ini mengaku dalam sebulan dapat memproduksi kurang lebih 200 batik tulis.
“Meski saya punya seratus pembatik di Tegal, tapi apabila semakin rumit motifnya dan banyak isen-isen-nya maka semakin lama pengerjaannya. Karena batik tulis memang butuh ketelitian,” tuturnya. Wanita yang telah berkeliling di berbagai negara untuk mempromosikan batik ini mengatakan bahwa batik Jakarta selama ini biasanya bermotif ondel-ondel, tanjidor dan lainnya.
“Sebelumnya saya sudah membuat batik ondel-ondel. Untuk satu orang itu sepasang ondel-ondel. Depan sepasang belakang sepasang. Tapi itu dibuat berbeda karena itu kan batik tulis, kecuali mau dibikin printing,” ucapnya. Batik Gobang Jakarta telah diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama sebagai batik khas Jakarta tepatnya saat ulang tahun kota Jakarta yang ke 488.
“Saya ingin Jakarta punya batik khas yang bisa dibanggakan warga Jakarta, khususnya dan Indonesia juga internasional pada umumnya. Semoga warga Jakarta bisa memiliki dan bangga dengan Batik Gobang Jakarta,” tutur Ethy Yosi.
Untuk terus mengasah kemampuannya, saat ini wanita yang mempelajari batik secara otodidak ini juga sedang menggarap batik sketsa.
“Saya ingin membuat karya seni batik yang berbeda dengan melibatkan pelukis sketsa yang ahli di bidangnya,” tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar