MENTERI Perindustrian Saleh Husin mendorong perajin dan pengusaha batik untuk mencantumkan logo bertuliskan “Batik Indonesia” bersama merek dagang masing-masing produk.
PRODUK RUMAH BATIK EL RAHMA, PESAN VIA BBM 74A54025
Tujuannya, agar batik Indonesia mudah dikenal, terpecaya untuk dunia dan untuk menjaga kualitas setiap batik Indonesia. Serta, dalam rangka menghadapi tantangan jangka panjang.
“Kualitas batik perlu kita jaga bersama dan juga untuk menghadapi tantangan jangka panjang. Maka diharapkan perajin dapat menyertakan logo batikmark “Batik Indonesia” dengan Hak Cipta nomor 034100,” kata Menperin Saleh Husin saat mewakili Ibu Negara Iriana Joko Widodo membuka secara resmi peringatan Hari Batik Nasional di Museum Tekstil, Jakarta, Jumat (2/10/2015).
Kini, citra batik Indonesia semakin bertambah setelah para perajin batik telah menerapkan produksi bersih (cleaner production) disertai dengan eko-efisiensi (eco-efficiency). Hal ini memberikan indikasi bahwa produk batik Indonesia sudah berwawasan lingkungan dan berpengaruh positif terhadap pasar.
Sebelumnya, batik di Tanah Air telah dikenal kaya motif yang mempunyai filosofi, nilai seni dan warisan budaya yang sangat tinggi, desain menarik sesuai trend atau mode yang terus berkembang.
Selain itu, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah telah menyelesaikan SNI Batik, Pengertian dan Istilah, dan pada tahun 2015 ini sedang menyusun Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) tentang Batik Tulis, Batik Cap dan Batik Kombinasi.
Peringatan Hari Batik Nasional merupakan bagian tak terpisahkan atas pengukuhan batik Indonesia oleh UNESCO menjadi warisan Budaya Tak Benda peninggalan budaya dunia, yang ditetapkan tanggal 2 Oktober 2009 di Abu Dhabi. Lantas, melalui Keppres No. 33 tahun 2009 pada tanggal 17 November 2009 juga telah ditetapkan tanggal 2 Oktober sebagai “Hari Batik Nasional”.
Nilai Tambah
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kemenperin Euis Saedah menekankan, penggunaan pewarna alami menjadi nilai tambah batik Indonesia. Keragaman tanaman yang dimiliki Nusantara sebagai bahan baku pewarna menjadi keunggulan.
“Benefitnya, perajin leluasa untuk terus mengembangkan warna alam dan diterapkan ke batik yang diproduksi,” ujarnya sembari mengungkapkan hal ini turut memacu munculnya wirausaha baru.
Jumlah usaha skala Pembatikan IKM di Indonesia saat ini mencapai 39.641 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 916.783 orang dan nilai produksi sebesar USD 39,4 Juta serta total ekspor sebesar USD 4,1 Juta.
Pemerintah juga mengapresiasi Yayasan Batik Indonesia yang telah berperan penting dalam mewujudkan transformasi kultural menuju modernisasi masyarakat batik, baik sebagai perajin, fashion designer maupun pengguna.
Ketua Yayasan Batik Indonesia Jultin Ginandjar Kartasasmita menegaskan, organisasinya terus mendukung pembatik agar bisa memakai pewarna alami. Pihaknya juga mendukung agar para perajin dan pelaku usaha mulai mengurangi atau bahkan tidak lagi memakai pewarna kimia yang tidak ramah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar